Bagi yang gemar membuat roti atau kue, istilah resting dan proofing tentu sudah tak asing lagi. Namun, banyak yang masih bingung juga tentang apa bedanya dan kapan kedua proses ini sebaiknya dilakukan.
Sebagai langkah penting dalam pembuatan adonan, resting dan proofing berperan penting terhadap hasil akhir roti yang dibuat. Kalau salah langkah, bisa-bisa roti atau kue yang dihasilkan tidak sesuai harapan.
Jadi, apakah kedua istilah tersebut sama atau berbeda? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap adonan yang kita buat? Yuk, kita bahas lebih lanjut di artikel berikut!
Apa Itu Resting Adonan?
Resting adonan adalah proses di mana adonan didiamkan dalam waktu tertentu setelah tahap pencampuran bahan. Tujuan utama dari proses ini adalah memberi waktu bagi gluten dalam tepung untuk beristirahat dan mengembang.
Pada tahap ini, adonan yang semula elastis dan agak keras akan menjadi lebih lembut dan mudah dibentuk. Biasanya, proses resting dilakukan setelah adonan selesai dicampur dan belum masuk ke tahap pembentukan atau pencetakan.
Adonan dibiarkan di suhu ruangan selama beberapa waktu, biasanya 10 hingga 30 menit, tergantung resep. Resting membantu mencegah adonan menjadi terlalu keras dan sulit untuk dibentuk, sehingga tekstur roti yang dihasilkan lebih lembut dan ringan.
Baca Juga: Hindari! Ketahui 5 Hal yang Membuat Tekstur Roti Menjadi Keras
Apa Itu Proofing Adonan?
Sementara itu, proofing adalah proses fermentasi kedua yang dilakukan setelah adonan dibentuk. Pada tahap ini, ragi dalam adonan didiamkan beberapa saat untuk bekerja dan menghasilkan gas yang membuat adonan mengembang.
Proofing adalah saat penting di mana adonan bisa mengembang dan memperoleh volume yang diinginkan sebelum dipanggang. Biasanya, proofing dilakukan pada suhu yang lebih hangat untuk mempercepat kerja ragi.
Biarkan adonan selama 1 hingga 2 jam (tergantung jenis adonan), ini penting untuk menghasilkan produk roti atau kue yang lembut, ringan, dan mengembang sempurna. Proses proofing terlalu lama atau terlalu singkat dapat mempengaruhi tekstur dan rasa roti yang dihasilkan.
Bedanya Resting dan Proofing
Meskipun sama-sama melibatkan tahap fermentasi atau pengistirahatan adonan, resting dan proofing memiliki tujuan yang berbeda. Untuk memudahkan pemahaman, berikut tabel perbandingannya:
Aspek | Resting | Proofing |
Tujuan | Mengendurkan gluten agar adonan lebih mudah dibentuk. | Mengembangkan adonan dengan bantuan ragi. |
Waktu | Dilakukan setelah adonan dicampur, sebelum dibentuk. | Dilakukan setelah adonan dibentuk, sebelum dipanggang. |
Durasi | Biasanya 10-30 menit. | 1 hingga 2 jam, tergantung resep dan suhu ruangan. |
Suhu | Suhu ruangan atau sedikit lebih dingin. | Biasanya dilakukan pada suhu hangat untuk mempercepat fermentasi. |
Pengaruh terhadap adonan | Adonan menjadi lebih elastis dan mudah dibentuk. | Adonan mengembang dan volumenya bertambah. |
Hasil Akhir | Memudahkan proses pembentukan adonan. | Memberikan tekstur ringan dan empuk pada roti atau kue. |
Kesimpulan
Nah, itulah perbedaan proses resting dan proofing. Dengan mengetahui perbedaan antara keduanya, kita bisa lebih percaya diri dalam mengolah adonan dan menghasilkan roti atau kue yang tak hanya enak tapi juga memiliki tekstur yang ideal.
Oh iya, kalau lagi butuh perlengkapan bakery, jangan lupa untuk cek Jaya Agung Mesin ya! Disana kamu bisa menemukan berbagai pilihan perlengkapan bakery dengan kualitas terbaik. Yuk, hubungi sekarang!